Mengucapkan : ‘Aamiin’ (setelah membaca AlFatihah)
          Disunnahkan membaca : ‘Aamiin’ setelah menyelesaikan bacaan AlFatihah. Arti bacaan : ‘Aamiin’ adalah : “ Yaa Allah kabulkanlah ”. Dalil disunnahkannya membaca : ‘Aamiin’ setelah membaca AlFatihah adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, AtTirmidzi dari Wail bin Hujr, beliau berkata :
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْن فَقَالَ آمِين مَدَّ بِهَا صَوْتَهَ
“ Saya mendengar Nabi Shollallaahu ‘alaihi wasallam membaca :
اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْن
Kemudian membaca : ‘Aamiin’, dengan memanjangkan suaranya “ (H.R Abu Dawud, AtTirmidzi, AnNasaa’i, dan Ibnu Majah, dan disebutkan oleh Syaikh AlAlbani dalam Shohih Ibn Maajah)

Makmum membaca : ‘Aamiin’ ketika Imam menyelesaikan bacaan : وَلاَ الضَّالِّيْن , sesuai dengan Sabda Nabi Shollallaahu ‘alaihi wasallam :
وَإِذَا قَالَ - يَعْنِي اْلإِمَام - وَلاَ الضَّالِّيْن فَقُوْلُوا آمِين   يُجِبْكُمُ اللهُ (رواه مسلم)
Jika (Imam) (selesai) membaca : وَلاَ الضَّالِّيْن , maka ucapkanlah : ‘Aamiin’, niscaya Allah akan mengabulkan doa kalian (H.R Muslim)
         Dijelaskan oleh Asy-Syaikh Al-Albaany bahwa bacaan ‘aamiin’ makmum adalah segera setelah imam mengucapkan ‘aamin’. Seseorang yang membaca : “ Aamiin “ tepat bersamaan dengan bacaan : “ Aamiin “ para Malaikat yang mengaminkan bacaan Imam, maka dosa-dosanya akan diampuni. Sesuai dengan hadits :
إِذَا قَالَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاَةِ آمِين وَاْلمَلاَئِكَةُ فِي السَّمَاء آمِين فَوَافَقَتْ إِحْدَاهُمَا اْلأُخْرَى غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)
“ Jika salah seorang dari kalian menngucapkan : “Aamiin” dalam sholatnya dan Malaikat di langit mengucapkan : “Aamiin”, kemudian saling tepat (bersamaan) satu dengan yang lain, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu 36 “ (H.R Muslim)

Membaca surat lain dalam AlQuran setelah AlFatihah
         Setelah selesai membaca AlFatihah, kemudian hendaknya membaca surat lain yang mudah baginya dari AlQuran. Tambahan membaca surat yang lain ini pada 2 rokaat pertama. Disebutkan dalam sebuah hadits :
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ النَّبِيَّ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ فِي اْلأُوْلَيَيْنِ بِأُمِّ اْلِكتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ اْلكِتَابِ (رواه البخاري و مسلم)
“ Dari Abi Qotaadah : ‘bahwasanya Nabi Shollallaahu ‘alaihi wasallam pada waktu sholat Dzhuhur membaca AlFatihah dan 2 surat pada 2 rokaat pertama, dan pada 2 rokaat yang terakhir membaca AlFatihah (saja) (H.R alBukhari-Muslim)
Lebih diutamakan kita membaca satu surat secara penuh sebagaimana mayoritas sholat yang dicontohkan Nabi, namun adakalanya beliau setelah AlFatihah membaca satu atau beberapa ayat saja, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohihnya dari Sahabat Ibnu Abbas bahwa beliau sewaktu sholat Sunnah sebelum fajar pernah membaca ayat ke 136 dari surat AlBaqoroh pada rokaat pertama dan ayat ke 64 dari surat Ali Imran pada rokaat kedua. Demikian juga beliau pernah menyelesaikan surat AlMukminun dalam 2 rokaat (membaca beberapa ayat pada rokaat pertama kemudian melanjutkan sampai menyelesaikan surat pada rokaat kedua) sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abdillah bin asSaa-ib yang diriwayatkan oleh AlBukhari dan Muslim. Bagaimanapun, hendaknya kita memilih bagian dari AlQuran yang mudah bagi kita, sesuai dengan firman Allah :
...فَاقْرَؤُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ اْلقُرْآنِ ...(المزمل : 20)
“ Bacalah yang mudah dari AlQuran “(Q.S AlMuzammil)

Membaca Mushaf Ketika Sholat

                Sebenarnya, lebih utama bagi seseorang yang sholat membaca ayat-ayat AlQuran setelah AlFatihah berdasarkan hafalannya. Namun, boleh bagi dia untuk membaca dengan melihat pada mushaf jika kondisi membutuhkan demikian. Berikut dinukilkan fatwa Syaikh Bin Baaz tentang hal tersebut:
س : هل يجوز للإمام في أثناء الصلوات الخمس أن يقرأ من المصحف وخاصة صلاة الفجر لأن تطويل القراءة فيها مطلوب وذلك مخافة الغلط أو النسيان ؟ .
Pertanyaan:
Bolehkah bagi Imam dalam sholat 5 waktu membaca dari mushaf khususnya Sholat  Subuh, karena memanjangkan bacaan di dalamnya adalah perkara yang diharapkan.Dikhawatirkan kesalahan atau lupa?

ج : يجوز ذلك إذا دعت إليه الحاجة كما تجوز القراءة من المصحف في التراويح لمن لا يحفظ القرآن , وقد كان ذكوان مولى عائشة رضي الله عنها يصلي بها في رمضان من مصحف , ذكره البخاري في صحيحه تعليقا مجزوما به , وتطويل القراءة في صلاة الفجر سنة , فإذا كان الإمام لا يحفظ المفصل ولا غيره من بقية القرآن الكريم جاز له أن يقرأ من المصحف , ويشرع له أن يشتغل بحفظ القرآن , وأن يجتهد في ذلك , أو يحفظ المفصل على الأقل حتى لا يحتاج إلى القراءة من المصحف , وأول المفصل سورة ق إلى آخر القرآن , ومن اجتهد في الحفظ يسر الله أمره لقوله سبحانه : { وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } (1) وقوله عز وجل : { وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ }
Jawaban :
          Boleh yang demikian itu jika dibutuhkan. Sebagaimana boleh membaca dari mushaf pada sholat tarawih bagi yang tidak hafal alQuran. Dzakwan maula Aisyah –radliyallaahu ‘anha – pernah sholat bersama Aisyah pada bulan Ramadlan dengan membaca dari mushaf. AlBukhari menyebutkan secara ta’liq dalam shohihnya dalam bentuk jazam. Memanjangkan bacaan dalam sholat Subuh adalah Sunnah. Jika Imam tidak hafal surat-surat (Qishor) alMufashshol atau yang lainnya dari alQuran, boleh baginya membaca dari mushaf.
          Disyariatkan baginya untuk menyibukkan diri menghafal alQuran dan berupaya keras dalam hal itu. Atau paling tidak menghafal surat-surat (Qishor) alMufashshol sehingga tidak perlu membaca dari mushaf. Permulaan surat (qishoru mufasshol) adalah dari surat Qoof sampai akhir alQuran. Barangsiapa yang berupaya keras dalam menghafal (AlQuran), Allah akan memudahkan urusannya. Sebagaimana Allah berfirman:

 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan beri jalan keluar (Q.S atTholaaq:2)
Allah juga berfirman:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sungguh telah kami mudahkan AlQuran untuk diingat, maka adakah yang mau mengambil pelajaran (Q.S alQomar:17) (Majmu’ Fatawa Bin Baaz juz 11 halaman 117)
Semakin Banyak Ayat yang Dibaca pada Qiyamul Lail, Semakin Besar Keutamaannya
          Jika seseorang melakukan Qiyamul lail, disunnahkan bagi dia untuk memanjangkan bacaan. Semakin banyak ayat yang dibaca, semakin besar keutamaannya.
          Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ طُولُ الْقُنُوتِ
Sholat yang paling utama adalah yang lama berdirinya (H.R Muslim)
          Beliau –shollallaahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda:
مَنْ قَامَ بِعَشْرِ آيَاتٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنْ الْغَافِلِينَ وَمَنْ قَامَ بِمِائَةِ آيَةٍ كُتِبَ مِنْ الْقَانِتِينَ وَمَنْ قَامَ بِأَلْفِ آيَةٍ كُتِبَ مِنْ الْمُقَنْطِرِينَ
Barangsiapa yang sholat malam dengan membaca 10 ayat tidak tercatat sebagai orang yang lalai, barangsiapa yang sholat malam dengan membaca 100 ayat tercatat sebagai orang yang banyak taat, barangsiapa yang membaca 1000 ayat tercatat sebagai orang yang mendapatkan pahala sangat berlimpah (H.R Abu Dawud).
          Alhamdulillah, saat ini kita banyak dimudahkan dengan teknologi. Handphone bisa diisi dengan software mushaf AlQuran bersama terjemahannya. Hal itu memudahkan tadabbur.
          Kita sering lalai. Betapa banyak kaum muslimin yang lalai dari membaca AlQuran, apa lagi mentadabburi maknanya. Hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan berbulan-bulan tak pernah mushaf AlQuran disentuhnya. Padahal, itulah obat kita. Petunjuk kita.
          Jika kita ingin mendapat keutamaan yang besar, bangunlah sepertiga malam terakhir. Sholatlah di awal dengan 2 rokaat yang ringan. Kemudian, pada sholat-sholat selanjutnya, jika kita tidak memiliki hafalan AlQuran yang banyak, gunakan mushaf yang kecil, mudah dimasukkan dalam saku. Lebih mudah lagi jika mushaf Quran kita ada di HP. Kita tidak akan banyak tersibukkan dengan membolak-balik halaman kertas.
          Kalau kita jadikan kesempatan baca AlQuran kita pada saat Qiyaamul lail, hal itu akan memudahkan kita untuk selalu dekat dengan AlQuran. Tidak ada alasan lagi membiarkan hari-hari kita ‘kering’ dari bacaan AlQuran.
          Pahami makna ayat-ayat tersebut dengan terjemahannya. Adakalanya dengan tadabbur yang mendalam sekedar terjemahan ayat belum bisa memenuhi jawaban keingintahuan kita akan kedalaman makna ayat tersebut. Selanjutnya, bersemangatlah untuk mencari tahu tafsirnya. Jika tidak mampu membaca kitab-kitab tafsir, tanyakan kepada para Asatidzah yang akan menjabarkan kepada kita penjelasan dari kitab-kitab tafsir Ulama’ Ahlussunnah.  
          Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa menjadikan AlQuran dekat dalam kehidupan kita, menjadikan kita sebagai orang-orang yang gemar membacanya, memahami maknanya dengan pemahaman yang diridlaiNya, dan mengamalkan kandungannya. Semoga Ia menjadikan AlQuran sebagai hujjah yang membela kita, bukan hujjah yang menyudutkan dan mempersalahkan kita
Abu Utsman Kharisman )

Catatan Kaki:
36. Para Ulama’ menjelaskan bahwa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil, adapun dosa-dosa besar tetap harus melaluiTaubat anNashuuha, kecuali Allah menghendaki lain. Demikian juga amalan-amalan lain yang bisa menghapus dosa, yang dimaksud adalah dosa-dosa kecil. Allah Subhaanahu WaTa’ala berfirman :
إِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلُكُمْ مُدْخَلاً كَرِيْمًا
 Jika kalian meninggalkan dosa-dosa besar yang dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami akan hapuskan kesalahan-kesalahan kalian dan kami akan masukkan kalian ke tempat yang mulya (surga) “ (Q.S AnNisaa’ : 31)
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الصَّلَوَاتُ اْلخَمْسُ وَاْلجُمُعَةُ إِلَى اْلجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَ اْلكَبَائِر (رواه مسلم)
 “ (antara) sholat lima waktu (yang satu dengan berikutnya), Jumat dengan Jumat, Romadlon dengan Romadlon, sebagai penghapus dosa di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan “ (H.R Muslim)
 


0 comments to "Bacaan Aamiin dan Ayat Lain Setelah Al Fatihah"

Post a Comment